SEKOLAH YANG EFEKTIF DAN BERKEMBANG
Oleh : Siti Chotijah, S.Pd.
Guru SD Negeri 01 Suruh Tasikmadu Karanganyar

Menjadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan anak didiknya, yaitu dan bentuk power relationship ke bentuk shared relationship, yaitu  dari posisi mengontrol ke posisi kerjasama. lsu yang kritikal dalam pendidikan bukan lagi bagaimana agar guru mampu mengontrol kelasnya, tetapi bagaimana agar anak didik kita terlibat langsung atau aktif dalam pembelajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa seorang anak didik hanya tertarik untuk ikut aktif dalam pembelajaran jika pengajaran itu relevan dan menyenangkan. Pengajaran hanya akan relevan jika dihubungkan dengan konteks sosial dimana anak didik itu berada. Siswa aktif dalam konteks sosial yang relevan merupakan empat kata kunci sebagai bekal anak didik dalam menghadapi “rapid pervasive change” atau perubahan yang merembes dan meluber amat cepat dan “increasing interconnectedness” atau meningkatnya saling keterkaitan antar lembaga, individu, masyarakat, dan bahkan antar negara.
Inilah beberapa kiat bagaimana sebaiknya seorang guru bersikap dan bertindak, agar anak didiknya terlibat aktif secara konstruktif dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bagaimana agar terjadi “effective instruction” atau pengajaran yang efektif (Townsed & Otero, 1999). Maka kiat yang harus dilakukan adalah :
1. Pembelajaran terjadi pada puncaknya jika ekspektasi atau harapan dipusatkan pada keberhasilan.
2.     Rasa takut bukanlah pemicu belajar yang efektif
3.     Perubahan harus diyakini sebagai sesuatu yang selalu mungkin dicapai.
4.     Kontrol hanyalah suatu ilusi.
5.     Saling tergantung atau “interdependensi merupakan kunci menuju sukses.
Di antara lima kiat di atas, ada penjelasan tambahan pada kiat pertama yaitu yang berkaitan dengan “ekspektasi”, karena kata ekspektasi memuat konsep yang sangat penting di dalam pembelajaran.
Colin Rogers (2002) mengungkapkan, selama sekitar 30 tahun, psikologi sosial pendidikan tak henti-hentinya menempatkan “teacher expectation” (harapan guru) sebagai pemegang peran yang sentral. Para peneliti yang memusatkan permasalahan penelitian mereka pada isu “sekolah yang efektif dan berkembang”, mengamati “ekspektasi” sebagai kunci pendidikan dan pengajaran yang efektif.
Urnumnya mereka berkesimpulan bahwa ada hubungan yang kuat (powerfulrelationship) antara harapan yang tinggi dengan belajar yang efektif.
Rogers mengungkapkan “harapan yang tinggi” antara lain ditandai oleh adanya ketentuan mengenai “grade” atau niiai minimal yang harus dicapai anak didik danjumlah hari kehadiran murid di kelas. Guru dan sekolah yang menetapkan kriteria harapan yang tinggi dalam kriteria murid, biasanya akan membuat perencanaan, strategi, aturan, dan tindakan yang efektif untuk memenuhi harapan tersebut.
De Bono, penulis yang membahas tentang berpikir lateral dan kreatif, merujuk Singapura sebagai salah satu negara yang berkembang sangat pesat, karena menurut pengamatannya Singapura mempunyai “the strong determination to succeed” atau dorongan yang sangat kuat untuk berhasil. Bukankah “keinginan yang kuat untuk berhasil” sama sebangun dengan “high expectation”?

GAMBARAN SEKOLAH PADA MASA MENDATANG
Saya akan mengutip ungkapan Townsend (1998) ketika ia membayangkan bagaimana sebaiknya sekolah di masa yang akan datang. Saya terjemahkan secara bebas:
“Dalam pandangan saya pendidikan terbaik yang kita harapkan bagi anak-anak kita, bagi keluarga kita… adalah pendidikan lokal, yaitu yang berakar dan masyarakat setempat, dan juga global, yang menyediakan akses terhadap-sumber ilmu pengetahuan diseluruh dunia). Pendidikan yang berpijak di masyarakat di mana saya hidup, tetapi juga mnghadirkan sebuah dunia yang menjanjikan kemungkinan yang hampir tanpa batas. Sifatnya edukatif dan juga sosial. Pendidikan itu memberikan saya keterampilan yang saya butuhkan sekarang dan memungkinkan saya untuk akses lagi, di belakang hari, jika ada keterampilan yang saya perlukan. Setiap saat, dimanapun saya berada di muka planet bumi ini, saya selalu dipertautkan dengan pendidikan. Anak-anak seusia saya, seluruh keluarga saya, tetangga saya, dan teman-temana saya dapat berpartisipasi dengan saya. Kami semua menginginkan agar sekolah yang terbaik ada di daerah kami. Pendek kata, lembaga yang baru ini menjadi sebuah fasilitas masyarakat dan dalam saat tertentu juga digunakan bagi pendidikan anak-anak. Lembaga pendidikan yang baru ini juga dimaksudkan untuk menggantikan sekolah yang tidak berfungsi sebagai fasilitas masyarakat, yang pada masa lalu hanya dipakai sekali-kali untuk pendidikan anak-anak”.
Menurut Townsend dan Otero (1999) pembaharuan pendidikan dan pembelajaran hendaknya didudukkan di atas empat pilar;
1.     pendidikan untuk kelangsungan hidup;
2.     pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di dunia;
3.   pemahaman tentang hakekat masyarakat – bagaimana diri kita dan lainnya saling terkait; dan
4.  pemahaman terhadap tanggung jawab dan memahami bahwa setiap anggota masyarakat dunia membawa tanggung-jawab dan hak-haknya masing-masing.
1.   Pendidikan untuk kelangsungan hidup ferdiri atas:
a.    Literasi dan numerasi
b.    Kemampuan teknologi
c.    Keterampilan komunikasi
d.    Kemampuan dalam menyusun dan mengembangkan rencana
e.    Ketrampilan berpikir kritis
f.     Penyesuaian diri atau adaptabiliti.
2.   Pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di dunia terdiri atas :
a.    tukar-menukar gagasan
b.    pengalaman kerja dan sikap wiraswasta
c.    kesadaran dan appresiasi terhadap budaya
d.    pengembangan sosial, emosional dan fisikal
e.    kemampuan berkerasi
f.     berwawasaan luas dan berpandangan terbuka
g.    kesadaran bahwa adalah hak seseorang untuk menentukan pilihannya.


3.   Pemahaman tentang hakekat masyarakat terdiri atas:
a.    kemampuan untuk bekerjasama dalam suatu tim
b.    kajian kewarganegaraan
c.    pengabdian masyarakat
d.    pendidikan masyarakat
e.    kesadaran global
f.     pengembangan aset anak didik (misalnya kemampuan, kecerdasan, hobby yang telah dimiliki murid)
4.   Pemahaman terhadap tanggungjawab diri terdiri atas:
a.    komitmen terhadap pengembangan diri melalui proses belajar seumur hidup
b.    pengembangan sistim nilai diri
c.    kemampuan kepemimpinan
d.    komitmen terhadap pembangunan masyarakat dan perkembangan global
e.    komitmen terhadap kesehatan diri dan kesehatan masyarakat.
Membaca sederetan daftar panjang di atas, sekali lagi Anda melihat betapa pentingnya pendidikan dengan basis yang luas. Secara singkat, jika dikaitkan dengan pembaharuan pembelajaran, maka proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang harus diarahkan untuk :
a.    mengembangkan “collaborafive learning” atau pembelajaran kolaborasi pada tingkat lokal, nasional dan global.
b.     menerima dan menerapkan konsep belajar seumur hidup
c.    mengembangkan “learning comunities” bukan “communities of learners” (masyarakat yang gemar belajar, bukan sekedar kumpulan para pembelajar)
d.    menekankan keterampilan proses lebih tinggi daripada sekedar penguasaan ilmu yang spesifik; lebih menekankan keterampilan pada jenjang yang lebih tinggi daripada sekedar penguasaan faktual.

RISET TENTANG PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Pembaharuan pembelajaran, selain dilandasi oleh prinsip yang filosofis, haruslah juga dilandasi oleh temuan-temuan empiris yaitu riset yang memusatkan kajiannya pada sekolah. Scheerens (1990 dalam Townsend & Otero) mengidentifikasi empat kategori besar riset persekolahan.
· Yang mengkaji “outcomes” pendidikan
· Yang mengkaji fungsi produksi pendidikan
· Yang mengkaji sekolah yang efektiif
· Yang mengkaji instruksional yang efektif
Kategori pertama biasanya mengkaji hubungan antara latar belakang sosial-ekonomi murid dengan hasil beiajar. Salah satu yang terkenal adalah laporan yang disampaikan oleh Coleman dkk (1966), Mereka menyimpulkan pengaruh yang paling dominan terhadap prestasi akademik murid adalah latar betakang sosial ekonomi murid. Riset kategori ini tidak banyak gunanya bagi pembaharuan pembelajaran. Bukankah di luar jangkauan guru untuk meningkatkan sosial-ekonomi anak didik? .
Kategori ke dua biasanya mengkaji hubungan antara input (sarana, prasarana, alat dan perlengkapan, dan lain-lain) dengan hasil beiajar. Inipun juga kurang berguna untuk pembaharuan pembelajaran.  Kaji ulang terhadap laporan Riset Kategori 2 itu menyimpulkan bahwa tidak diketemukan hubungan yang konsisten antara input dan hasil belajar. Jika ada di antara kita yang berpikir bahwa prestasi murid akan naik secara signifikan jika gedung sekolah bertambah besar dan bagus, halaman bertambah luas, perpustakaannya lengkap, lemari bukunya bagus, dan bahkan gaji guru naik lima kali lipat, maka ada baiknya kita berkontemplasi atau merenung sejenak. Yang banyak gunanya bagi pembaharuan pembelajaran adalah Riset Kategori 3, dan lebih-lebih lagi Kategori 4. Mengapa menurut Anda? Riset Kategori 3 dan 4 percaya bahwa hasil belajar tidak sekedar dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi anak/orangtua dan bahkan tidak pula ditentukan oleh banyaknya input yang diberikan atau dipunyai sekolah.
Sebagai guru dan pendidik kita harus yakin bahwa peran guru dan pengajaran jauh lebih penting dan kuat pengaruhnya daripada latar belakang sosial-ekonomi anak didik dan input material dan fisik. Jika hal ini tidak diyakini, lalu apa gunanya guru datang ke sekolah dan berada di dalam kelas? Apa gunanya guru mengikuti SPG, PGSU; kemudian D2-PGSD, S1PGSD dan saat ini S2-PGSD?
Riset Kategori 3 ditujukan untuk membuka kotak hitam atau “black box” - yaitu segala sesuatu yang terjadi di sekolah dan kelas?. Kita ingat bukan apa gunanya “black box” bagi sebuah pesawat terbang? Jika ada sebuah pesawat terbang yang jatuh, maka yang paling dicari-cari adalah “black box’’nya, karena disitulah terekam infromasi yang dapat dipakai untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh. Begitulah pula halnya dengan pendidikan. Di kelaslah banyak terekam infornasi mengenai mengapa mutu pendidikan dan pengajaran kita jatuh terjerembab. Kelas adalah ibarat sebuah “block box” bagi sebuahpesawat terbang.
Riset Kategori 4 bahkan lebih dalam lagi memasuki kotak hitam kelas, karena memusatkan perhatiannya untuk menemukan cara-cara mengajar (instructional strategies) yang berpengaruh positif dan signrfikan terhiadap hasil belajar. Para guru akan banyak memetik manfaat dari Riset Kotegori 4 ini. Karena ruang yang terbatas saya hanya mengetengahkan kembali beberapa temuan empiris Riset Kategori 3 dan 4. Saya harapkan, temuan ini menjadi masukan bagi guru untuk memperbaiki dan mencari bentuk baru dalam pembelajaran.
Hasil kajian Scheerens (1990;1992) antara lain mengungkapkan bahwa: 1) budaya sekolah: 2) organisasi sekolah; dan 3) aplikasi teknologi kependidikan, efektif untuk meningkafkan hasil belajar murid. Budaya sekolah yang menjunjung tinggi disiplin waktu, menaruh respek terhadap murid yang berprestasi  (bukan karena ia diantar-jemput dengan mobil yang mewah, atau karena murah hati dalam memberikan kado bagi guru), menjadikan sekolah dan kelasnya tertata rapi dan sekaligus menjadi sumber belajar, maka budaya sekolah seperti ini akan cenderung mendorong prestasi belajar murid.
Scheerens juga mengungkapkan: 1) pengajaran yang terstruktur; 2) jumlah jam belajar efektif yang tinggi; 3) peluang berlajar yang besar; 4) dorongan untuk berhasil yang kuat; 5) harapan atau target yang tinggi; dan 6) keterlibatan orongtua secara aktit dalam program sekolah adalah merupakan karakteristik sekolah dan kelas yang efektif.
Creemers (1992) mengingatkan semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah agar mengerahkan segala sumber daya untuk mendukung terlaksananya proses pengajaran sebagai kunci untuk meningkatkan hasil belajar murid.
Sumber daya dimaksud tidak hanya terbatas 3M (Man, Money, Materiel) sebagaimana selama ini kita ketahui. Pengertian sumber daya dalam cakupan yang lebih luas terdiri dari (Caldwell&Spink, 1998):
· knowledge (pengetahuan -kurikulum, tujuan sekolah dan pengajaran)
· technology (media, teknik, dan alat pembelajaran)
· power ( kekuasaan, wewenang)
· materiel (fasilitias, supplies, peralatan)
· people (tenaga kependidikan, adminisirotif, dan staf pendukung lainnya)
· time ( alokasi waktu pertahun, perminggu, perhari, perjam pelajaran)
· finance (alokasi dana).
I. SEKOLAH YANG EFEKTIF DAN BERKEMBANG
Untuk saling berbagi wawasan, saya akan memaparkan kembali dengan apa yang disebut oleh B.J. Caldwell & J.M. Spinks (1988), sebagai ciri-ciri sekolah yang efektif dan berkembang, sebagaimana benkut ini.
1) Kurikulum
o         Sekolah mencantumkan dengan jelas tujuan pendidikan yang akan dicapai.
o         Sekolah mempunyai rencana yang baik, disertai dengan program yong berimbang dan terorganisir yang ditujukan untuk memenuhi apa yang diperlukan oleh anak didik.
o        Sekoiah mempunyai program yang dimaksudkan untuk memberikan keterampilan pada anak didik. Adanya keterlibalan orangtua yang tinggi dalam kegiatan belajar siswa.
2) Pengambilan Keputusan
o      Adanya keterlibatan yang tinggi di kalangan staf dalam rnengembangkan tujuan sekoiah.
o         Guru-guru dilibatkan datam pengambilan keputusan.
o         Adanya keterlibatan yang tinggi dari masyarakat dalam pengambilan keputusan.
3) Sumber
o       Adanya sumber yang memadai di sekolah sehingga memungkinkan staf untuk  mengajar dengan efektif.
o             Sekolah mempunyai guru yang kapabel dan bermotivasi tinggi.
4) Hasil Belajar
o      Tingkat drop out rendah.
o      Nilai tes menunjukkan tingkat pencapaian yang tinggi.
o      Tingkat melanjutkan sekoiah tinggi, dan daya serap lapangan kerja tinggi.
5) Kepemimpinan
Adanya Kepala Sekolah yang:
o      Mau berbagi tanggung jawab dan mengelola sumber daya dengan efisien.
o  Menjamin bahwa sumber daya teralokasikan sesuai dan konsisten dengan kepentingan pendidikan.
o       Responsif dan supportif terhadap kepentingan guru.
o      Perduli dengan pengembangan professional.
o  Mendorong ketertibatan staf dalam program pengembangan professional dan menjadikan program ini sebagai peluang bagi guru untuk menguasai keterampilan yang mereka perlukan.
o      Menaruh perhatian yang tinggi mengenai apa yang sedang terjadi di sekolah.
o    Membangun relasi yang efektif dengan Depdiknas atau Dinas Penddikan, masyarakat, guru dan siswa.
o      Mempunyai gaya administratif yang luwes.
o      Bersedia menanggung risiko.
o      Memberikan umpan balik yang yang bermutu pada guru.
o  Menjamin adanya kaji ulang yang kontinyu terhadap program sekolah, dan melakukan evaluasi kemajuan program kearah pencapaian tujuan sekolah.
6) lklim
o    Sekolah mempunyai seperangkat nilai etika-moralitas dan etos yang dianggap penting.
o    Kepala sekolah, guru dan murid menunjukkan keperdulian dan loyalitas terhadap tujuan sekolah dan nilai-nilai.
o    Sekolah menjanjikan lingkungan dan suasana yang menyenangkan, menggairahkan, dan menantang bagi guru dan murid.
o    Adanya iklim saling menghargai dan saling mempercayai sesama dan diantara guru dan murid.
o    Adanya iklim saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekotah.
o    Adanya ekspektasi terhadap semua murid bahwa mereka akan berlaku sebaik-baiknya. Adanya komitmen yang kuat untuk belajar sunguh-sungguh.
o    Kepala sekolah, guru dan murid mempunyai semangat yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.
o    Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan murid.
o    Para murid saling menaruh respek terhadap sesamanya dan terhadap barang-barang milik mereka.
o    Adanya kesempatan bagi murid untuk mengambil tanggung jawab di sekotah.
o    Adanya disiplin yang baik di skolah.
o    Jarang sekaii ada kejadian yang menuntut staf administrasi senior untuk turun tangan menertibkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh murid.
o    Adanya tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan murid.
o    Adanya tingkat mengulang kelas yang rendah.
o    Adanya tingkat kenakalan anak yang rendah.
o    Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan guru.
o    Adanya tingkat persatuan (cohesiveness) dan semangat yang tinggi di kalangan guru.
o    Adanya tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan guru.
o    Sedikit sekati permohonan untuk pindah dan guru ke sekolah lain.

2. CIRI-CIRI PEMBEIAIARAN YANG DISARANKAN
Sebagai tambahan ciri-ciri di atas, berikut ini saya sajikan peran sekolah dan guru yang terkait dengan murid.
o  Memberikan pemahaman mengenai faktor-faklor yang berpengaruh di dalam mengembangkan pandangan hidup murid.
o  Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang penting guna berpartisipasi dalam proses politik.
o    Mengembangkan sikap cinta belajar dan mewujudkannya di dalam setiap kegiatan yang terjadi sepanjang hidup.
o       Mengembangkan bakat kreatif siswa secara penuh dalam berbagai bidang kesenian.
·       Khusus yang terkait dengan pengataman belajar, sekolah dan guru serta pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dituntut untuk bekerjasama dalam hal:
o      Menjamin agar semua siswa mengalami dalam penggunaan dan pemahaman makna serta pengembangan bahasa melalui cerita, sajak, drama dan kegiatan Iainnya yang terkait.
o    Menjamin bahwa pembelajaran sedapat mungkin berlangsung melalui pengalaman langsung.
o  Menyediakan peluang bagi semua murid untuk mengembangkan kemampuan mereka.
o   Memberikan pengalaman bagi murid yang mempunyai hambatan khusus agar mampu mengatasi hambatan yang mereka punyai.
·    Khusus yang terkait dengan manajemen sekolah, kepala sekolah dan guru disarankan untuk:
o    Menyediakan berbagai peluang bagi orangtuSEKOLAH YANG EFEKTIF DAN BERKEMBANG
Oleh : Siti Chotijah, S.Pd.
Guru SD Negeri 01 Suruh Tasikmadu Karanganyar

Menjadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan anak didiknya, yaitu dan bentuk power relationship ke bentuk shared relationship, yaitu  dari posisi mengontrol ke posisi kerjasama. lsu yang kritikal dalam pendidikan bukan lagi bagaimana agar guru mampu mengontrol kelasnya, tetapi bagaimana agar anak didik kita terlibat langsung atau aktif dalam pembelajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa seorang anak didik hanya tertarik untuk ikut aktif dalam pembelajaran jika pengajaran itu relevan dan menyenangkan. Pengajaran hanya akan relevan jika dihubungkan dengan konteks sosial dimana anak didik itu berada. Siswa aktif dalam konteks sosial yang relevan merupakan empat kata kunci sebagai bekal anak didik dalam menghadapi “rapid pervasive change” atau perubahan yang merembes dan meluber amat cepat dan “increasing interconnectedness” atau meningkatnya saling keterkaitan antar lembaga, individu, masyarakat, dan bahkan antar negara.
Inilah beberapa kiat bagaimana sebaiknya seorang guru bersikap dan bertindak, agar anak didiknya terlibat aktif secara konstruktif dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bagaimana agar terjadi “effective instruction” atau pengajaran yang efektif (Townsed & Otero, 1999). Maka kiat yang harus dilakukan adalah :
1. Pembelajaran terjadi pada puncaknya jika ekspektasi atau harapan dipusatkan pada keberhasilan.
2.     Rasa takut bukanlah pemicu belajar yang efektif
3.     Perubahan harus diyakini sebagai sesuatu yang selalu mungkin dicapai.
4.     Kontrol hanyalah suatu ilusi.
5.     Saling tergantung atau “interdependensi merupakan kunci menuju sukses.
Di antara lima kiat di atas, ada penjelasan tambahan pada kiat pertama yaitu yang berkaitan dengan “ekspektasi”, karena kata ekspektasi memuat konsep yang sangat penting di dalam pembelajaran.
Colin Rogers (2002) mengungkapkan, selama sekitar 30 tahun, psikologi sosial pendidikan tak henti-hentinya menempatkan “teacher expectation” (harapan guru) sebagai pemegang peran yang sentral. Para peneliti yang memusatkan permasalahan penelitian mereka pada isu “sekolah yang efektif dan berkembang”, mengamati “ekspektasi” sebagai kunci pendidikan dan pengajaran yang efektif.
Urnumnya mereka berkesimpulan bahwa ada hubungan yang kuat (powerfulrelationship) antara harapan yang tinggi dengan belajar yang efektif.
Rogers mengungkapkan “harapan yang tinggi” antara lain ditandai oleh adanya ketentuan mengenai “grade” atau niiai minimal yang harus dicapai anak didik danjumlah hari kehadiran murid di kelas. Guru dan sekolah yang menetapkan kriteria harapan yang tinggi dalam kriteria murid, biasanya akan membuat perencanaan, strategi, aturan, dan tindakan yang efektif untuk memenuhi harapan tersebut.
De Bono, penulis yang membahas tentang berpikir lateral dan kreatif, merujuk Singapura sebagai salah satu negara yang berkembang sangat pesat, karena menurut pengamatannya Singapura mempunyai “the strong determination to succeed” atau dorongan yang sangat kuat untuk berhasil. Bukankah “keinginan yang kuat untuk berhasil” sama sebangun dengan “high expectation”?

GAMBARAN SEKOLAH PADA MASA MENDATANG
Saya akan mengutip ungkapan Townsend (1998) ketika ia membayangkan bagaimana sebaiknya sekolah di masa yang akan datang. Saya terjemahkan secara bebas:
“Dalam pandangan saya pendidikan terbaik yang kita harapkan bagi anak-anak kita, bagi keluarga kita… adalah pendidikan lokal, yaitu yang berakar dan masyarakat setempat, dan juga global, yang menyediakan akses terhadap-sumber ilmu pengetahuan diseluruh dunia). Pendidikan yang berpijak di masyarakat di mana saya hidup, tetapi juga mnghadirkan sebuah dunia yang menjanjikan kemungkinan yang hampir tanpa batas. Sifatnya edukatif dan juga sosial. Pendidikan itu memberikan saya keterampilan yang saya butuhkan sekarang dan memungkinkan saya untuk akses lagi, di belakang hari, jika ada keterampilan yang saya perlukan. Setiap saat, dimanapun saya berada di muka planet bumi ini, saya selalu dipertautkan dengan pendidikan. Anak-anak seusia saya, seluruh keluarga saya, tetangga saya, dan teman-temana saya dapat berpartisipasi dengan saya. Kami semua menginginkan agar sekolah yang terbaik ada di daerah kami. Pendek kata, lembaga yang baru ini menjadi sebuah fasilitas masyarakat dan dalam saat tertentu juga digunakan bagi pendidikan anak-anak. Lembaga pendidikan yang baru ini juga dimaksudkan untuk menggantikan sekolah yang tidak berfungsi sebagai fasilitas masyarakat, yang pada masa lalu hanya dipakai sekali-kali untuk pendidikan anak-anak”.
Menurut Townsend dan Otero (1999) pembaharuan pendidikan dan pembelajaran hendaknya didudukkan di atas empat pilar;
1.     pendidikan untuk kelangsungan hidup;
2.     pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di dunia;
3.   pemahaman tentang hakekat masyarakat – bagaimana diri kita dan lainnya saling terkait; dan
4.  pemahaman terhadap tanggung jawab dan memahami bahwa setiap anggota masyarakat dunia membawa tanggung-jawab dan hak-haknya masing-masing.
1.   Pendidikan untuk kelangsungan hidup ferdiri atas:
a.    Literasi dan numerasi
b.    Kemampuan teknologi
c.    Keterampilan komunikasi
d.    Kemampuan dalam menyusun dan mengembangkan rencana
e.    Ketrampilan berpikir kritis
f.     Penyesuaian diri atau adaptabiliti.
2.   Pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di dunia terdiri atas :
a.    tukar-menukar gagasan
b.    pengalaman kerja dan sikap wiraswasta
c.    kesadaran dan appresiasi terhadap budaya
d.    pengembangan sosial, emosional dan fisikal
e.    kemampuan berkerasi
f.     berwawasaan luas dan berpandangan terbuka
g.    kesadaran bahwa adalah hak seseorang untuk menentukan pilihannya.


3.   Pemahaman tentang hakekat masyarakat terdiri atas:
a.    kemampuan untuk bekerjasama dalam suatu tim
b.    kajian kewarganegaraan
c.    pengabdian masyarakat
d.    pendidikan masyarakat
e.    kesadaran global
f.     pengembangan aset anak didik (misalnya kemampuan, kecerdasan, hobby yang telah dimiliki murid)
4.   Pemahaman terhadap tanggungjawab diri terdiri atas:
a.    komitmen terhadap pengembangan diri melalui proses belajar seumur hidup
b.    pengembangan sistim nilai diri
c.    kemampuan kepemimpinan
d.    komitmen terhadap pembangunan masyarakat dan perkembangan global
e.    komitmen terhadap kesehatan diri dan kesehatan masyarakat.
Membaca sederetan daftar panjang di atas, sekali lagi Anda melihat betapa pentingnya pendidikan dengan basis yang luas. Secara singkat, jika dikaitkan dengan pembaharuan pembelajaran, maka proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang harus diarahkan untuk :
a.    mengembangkan “collaborafive learning” atau pembelajaran kolaborasi pada tingkat lokal, nasional dan global.
b.     menerima dan menerapkan konsep belajar seumur hidup
c.    mengembangkan “learning comunities” bukan “communities of learners” (masyarakat yang gemar belajar, bukan sekedar kumpulan para pembelajar)
d.    menekankan keterampilan proses lebih tinggi daripada sekedar penguasaan ilmu yang spesifik; lebih menekankan keterampilan pada jenjang yang lebih tinggi daripada sekedar penguasaan faktual.

RISET TENTANG PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Pembaharuan pembelajaran, selain dilandasi oleh prinsip yang filosofis, haruslah juga dilandasi oleh temuan-temuan empiris yaitu riset yang memusatkan kajiannya pada sekolah. Scheerens (1990 dalam Townsend & Otero) mengidentifikasi empat kategori besar riset persekolahan.
· Yang mengkaji “outcomes” pendidikan
· Yang mengkaji fungsi produksi pendidikan
· Yang mengkaji sekolah yang efektiif
· Yang mengkaji instruksional yang efektif
Kategori pertama biasanya mengkaji hubungan antara latar belakang sosial-ekonomi murid dengan hasil beiajar. Salah satu yang terkenal adalah laporan yang disampaikan oleh Coleman dkk (1966), Mereka menyimpulkan pengaruh yang paling dominan terhadap prestasi akademik murid adalah latar betakang sosial ekonomi murid. Riset kategori ini tidak banyak gunanya bagi pembaharuan pembelajaran. Bukankah di luar jangkauan guru untuk meningkatkan sosial-ekonomi anak didik? .
Kategori ke dua biasanya mengkaji hubungan antara input (sarana, prasarana, alat dan perlengkapan, dan lain-lain) dengan hasil beiajar. Inipun juga kurang berguna untuk pembaharuan pembelajaran.  Kaji ulang terhadap laporan Riset Kategori 2 itu menyimpulkan bahwa tidak diketemukan hubungan yang konsisten antara input dan hasil belajar. Jika ada di antara kita yang berpikir bahwa prestasi murid akan naik secara signifikan jika gedung sekolah bertambah besar dan bagus, halaman bertambah luas, perpustakaannya lengkap, lemari bukunya bagus, dan bahkan gaji guru naik lima kali lipat, maka ada baiknya kita berkontemplasi atau merenung sejenak. Yang banyak gunanya bagi pembaharuan pembelajaran adalah Riset Kategori 3, dan lebih-lebih lagi Kategori 4. Mengapa menurut Anda? Riset Kategori 3 dan 4 percaya bahwa hasil belajar tidak sekedar dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi anak/orangtua dan bahkan tidak pula ditentukan oleh banyaknya input yang diberikan atau dipunyai sekolah.
Sebagai guru dan pendidik kita harus yakin bahwa peran guru dan pengajaran jauh lebih penting dan kuat pengaruhnya daripada latar belakang sosial-ekonomi anak didik dan input material dan fisik. Jika hal ini tidak diyakini, lalu apa gunanya guru datang ke sekolah dan berada di dalam kelas? Apa gunanya guru mengikuti SPG, PGSU; kemudian D2-PGSD, S1PGSD dan saat ini S2-PGSD?
Riset Kategori 3 ditujukan untuk membuka kotak hitam atau “black box” - yaitu segala sesuatu yang terjadi di sekolah dan kelas?. Kita ingat bukan apa gunanya “black box” bagi sebuah pesawat terbang? Jika ada sebuah pesawat terbang yang jatuh, maka yang paling dicari-cari adalah “black box’’nya, karena disitulah terekam infromasi yang dapat dipakai untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh. Begitulah pula halnya dengan pendidikan. Di kelaslah banyak terekam infornasi mengenai mengapa mutu pendidikan dan pengajaran kita jatuh terjerembab. Kelas adalah ibarat sebuah “block box” bagi sebuahpesawat terbang.
Riset Kategori 4 bahkan lebih dalam lagi memasuki kotak hitam kelas, karena memusatkan perhatiannya untuk menemukan cara-cara mengajar (instructional strategies) yang berpengaruh positif dan signrfikan terhiadap hasil belajar. Para guru akan banyak memetik manfaat dari Riset Kotegori 4 ini. Karena ruang yang terbatas saya hanya mengetengahkan kembali beberapa temuan empiris Riset Kategori 3 dan 4. Saya harapkan, temuan ini menjadi masukan bagi guru untuk memperbaiki dan mencari bentuk baru dalam pembelajaran.
Hasil kajian Scheerens (1990;1992) antara lain mengungkapkan bahwa: 1) budaya sekolah: 2) organisasi sekolah; dan 3) aplikasi teknologi kependidikan, efektif untuk meningkafkan hasil belajar murid. Budaya sekolah yang menjunjung tinggi disiplin waktu, menaruh respek terhadap murid yang berprestasi  (bukan karena ia diantar-jemput dengan mobil yang mewah, atau karena murah hati dalam memberikan kado bagi guru), menjadikan sekolah dan kelasnya tertata rapi dan sekaligus menjadi sumber belajar, maka budaya sekolah seperti ini akan cenderung mendorong prestasi belajar murid.
Scheerens juga mengungkapkan: 1) pengajaran yang terstruktur; 2) jumlah jam belajar efektif yang tinggi; 3) peluang berlajar yang besar; 4) dorongan untuk berhasil yang kuat; 5) harapan atau target yang tinggi; dan 6) keterlibatan orongtua secara aktit dalam program sekolah adalah merupakan karakteristik sekolah dan kelas yang efektif.
Creemers (1992) mengingatkan semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah agar mengerahkan segala sumber daya untuk mendukung terlaksananya proses pengajaran sebagai kunci untuk meningkatkan hasil belajar murid.
Sumber daya dimaksud tidak hanya terbatas 3M (Man, Money, Materiel) sebagaimana selama ini kita ketahui. Pengertian sumber daya dalam cakupan yang lebih luas terdiri dari (Caldwell&Spink, 1998):
· knowledge (pengetahuan -kurikulum, tujuan sekolah dan pengajaran)
· technology (media, teknik, dan alat pembelajaran)
· power ( kekuasaan, wewenang)
· materiel (fasilitias, supplies, peralatan)
· people (tenaga kependidikan, adminisirotif, dan staf pendukung lainnya)
· time ( alokasi waktu pertahun, perminggu, perhari, perjam pelajaran)
· finance (alokasi dana).
I. SEKOLAH YANG EFEKTIF DAN BERKEMBANG
Untuk saling berbagi wawasan, saya akan memaparkan kembali dengan apa yang disebut oleh B.J. Caldwell & J.M. Spinks (1988), sebagai ciri-ciri sekolah yang efektif dan berkembang, sebagaimana benkut ini.
1) Kurikulum
o         Sekolah mencantumkan dengan jelas tujuan pendidikan yang akan dicapai.
o         Sekolah mempunyai rencana yang baik, disertai dengan program yong berimbang dan terorganisir yang ditujukan untuk memenuhi apa yang diperlukan oleh anak didik.
o        Sekoiah mempunyai program yang dimaksudkan untuk memberikan keterampilan pada anak didik. Adanya keterlibalan orangtua yang tinggi dalam kegiatan belajar siswa.
2) Pengambilan Keputusan
o      Adanya keterlibatan yang tinggi di kalangan staf dalam rnengembangkan tujuan sekoiah.
o         Guru-guru dilibatkan datam pengambilan keputusan.
o         Adanya keterlibatan yang tinggi dari masyarakat dalam pengambilan keputusan.
3) Sumber
o       Adanya sumber yang memadai di sekolah sehingga memungkinkan staf untuk  mengajar dengan efektif.
o             Sekolah mempunyai guru yang kapabel dan bermotivasi tinggi.
4) Hasil Belajar
o      Tingkat drop out rendah.
o      Nilai tes menunjukkan tingkat pencapaian yang tinggi.
o      Tingkat melanjutkan sekoiah tinggi, dan daya serap lapangan kerja tinggi.
5) Kepemimpinan
Adanya Kepala Sekolah yang:
o      Mau berbagi tanggung jawab dan mengelola sumber daya dengan efisien.
o  Menjamin bahwa sumber daya teralokasikan sesuai dan konsisten dengan kepentingan pendidikan.
o       Responsif dan supportif terhadap kepentingan guru.
o      Perduli dengan pengembangan professional.
o  Mendorong ketertibatan staf dalam program pengembangan professional dan menjadikan program ini sebagai peluang bagi guru untuk menguasai keterampilan yang mereka perlukan.
o      Menaruh perhatian yang tinggi mengenai apa yang sedang terjadi di sekolah.
o    Membangun relasi yang efektif dengan Depdiknas atau Dinas Penddikan, masyarakat, guru dan siswa.
o      Mempunyai gaya administratif yang luwes.
o      Bersedia menanggung risiko.
o      Memberikan umpan balik yang yang bermutu pada guru.
o  Menjamin adanya kaji ulang yang kontinyu terhadap program sekolah, dan melakukan evaluasi kemajuan program kearah pencapaian tujuan sekolah.
6) lklim
o    Sekolah mempunyai seperangkat nilai etika-moralitas dan etos yang dianggap penting.
o    Kepala sekolah, guru dan murid menunjukkan keperdulian dan loyalitas terhadap tujuan sekolah dan nilai-nilai.
o    Sekolah menjanjikan lingkungan dan suasana yang menyenangkan, menggairahkan, dan menantang bagi guru dan murid.
o    Adanya iklim saling menghargai dan saling mempercayai sesama dan diantara guru dan murid.
o    Adanya iklim saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekotah.
o    Adanya ekspektasi terhadap semua murid bahwa mereka akan berlaku sebaik-baiknya. Adanya komitmen yang kuat untuk belajar sunguh-sungguh.
o    Kepala sekolah, guru dan murid mempunyai semangat yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.
o    Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan murid.
o    Para murid saling menaruh respek terhadap sesamanya dan terhadap barang-barang milik mereka.
o    Adanya kesempatan bagi murid untuk mengambil tanggung jawab di sekotah.
o    Adanya disiplin yang baik di skolah.
o    Jarang sekaii ada kejadian yang menuntut staf administrasi senior untuk turun tangan menertibkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh murid.
o    Adanya tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan murid.
o    Adanya tingkat mengulang kelas yang rendah.
o    Adanya tingkat kenakalan anak yang rendah.
o    Adanya morale (semangat juang) yang tinggi di kalangan guru.
o    Adanya tingkat persatuan (cohesiveness) dan semangat yang tinggi di kalangan guru.
o    Adanya tingkat kemangkiran yang rendah di kalangan guru.
o    Sedikit sekati permohonan untuk pindah dan guru ke sekolah lain.

2. CIRI-CIRI PEMBEIAIARAN YANG DISARANKAN
Sebagai tambahan ciri-ciri di atas, berikut ini saya sajikan peran sekolah dan guru yang terkait dengan murid.
o   Memberikan pemahaman mengenai faktor-faklor yang berpengaruh di dalam mengembangkan pandangan hidup murid.
o  Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang penting guna berpartisipasi dalam proses politik.
o    Mengembangkan sikap cinta belajar dan mewujudkannya di dalam setiap kegiatan yang terjadi sepanjang hidup.
o       Mengembangkan bakat kreatif siswa secara penuh dalam berbagai bidang kesenian.
·       Khusus yang terkait dengan pengataman belajar, sekolah dan guru serta pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dituntut untuk bekerjasama dalam hal:
o      Menjamin agar semua siswa mengalami dalam penggunaan dan pemahaman makna serta pengembangan bahasa melalui cerita, sajak, drama dan kegiatan Iainnya yang terkait.
o    Menjamin bahwa pembelajaran sedapat mungkin berlangsung melalui pengalaman langsung.
o    Menyediakan peluang bagi semua murid untuk mengembangkan kemampuan mereka.
o   Memberikan pengalaman bagi murid yang mempunyai hambatan khusus agar mampu mengatasi hambatan yang mereka punyai.
·     Khusus yang terkait dengan manajemen sekolah, kepala sekolah dan guru disarankan untuk:
o   Menyediakan berbagai peluang bagi orangtua murid untuk melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan sekolah.
o    Mengembangkan sistim penghargaan sesuai dengan umur murid sebagai pengakuan atas prestasi istimewa yang mereka capai.
o     Mengelola sekolah dengan cara-cara yang merefleksikan keberlangsungan keterlaksanaan kurikulum.
o    Menciptakan cara-cara agar pemberian informasi kepada orang tua mengenai hal-hal yang terkait dengan sekolah dan kemajuan murid dapat berlangsung secara teratur.
PENUTUP
Kriteria sekolah dan pembelajaran yang efektif sebagaimana dipaparkan di atas nyata-nyata merefleksikan suatu keyakinan yang fundamental betapa pentingnya peran seorang guru dan dukungan semua pihak terkait untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu. Semestinyalah kita menerapkan semboyan “ADIDAS” yaitu (All day Indonesians Dream About School).

 a    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK DI KELAS ( BAGIAN 1 )